Senin, 26 September 2016

Masya Allah! Guru Sekumpul Hadir Maulid Di Musholla Ar-Raudhah

Masya Allah! Guru Sekumpul Hadir Maulid Di Musholla Ar-Raudhah

 

Kisah ini alfaqir alami langsung di dalam Musholla Ar-Raudhah - Sekumpul hari Ahad / malam Senin. Tepatnya saat pembacaan Asyroqol ( Ya Nabi Salam 'Alaika ) / Mahalul Qiyam...

Tepatnya posisi kami berada dibelakang kamera tengah ( kamera untuk memvideo Abah Guru biasa saat beliau ber'Majelis )
Kejadian ini alfaqir lupa tanggalnya, tapi kalau tidak salah hanya beberapa minggu saja setelah berpulangnya Al-'Alimul 'Allamah Al-'Arif Billah KH. Muhammad Zaini bin H. Abdul Ghani ( Abah Guru Sekumpul )
Masih alfaqir rasakan suasana duka yang menyelimuti hati kami para Murid kepada beliau Abah Guru panutan kami...
Tidak sedikit yang berhadir Maulid mereka-mereka yang meneteskan air mata saat dibacakannya Rawi dan Qasidah saat itu...
Duduk disamping alfaqir seorang yang lumayan tua, alfaqir perkirakan umur beliau sekitar 35-40 tahunan, badan beliau kurus dan kulit beliau berwana kecoklatan. Orang yang melihat sekilas pasti akan mengira orang ini tidak terawat penghidupannya dan pasti hidup dalam kesusahan.
Pakaian beliau sangat sederhana...Beliau hanya memakai sarung coklat yang lusuh, dan baju hem agak kehijauan muda berlengan panjang yang kumal.
Alfaqir mengetahui bahwa beliau bukan orang sekitar, dikarenakan banyaknya perbekalan beliau saat itu, tapi kesemuanya perbekalan itu hanya dibungkus oleh kantong plastik berwarna hitam...
Beliau dari awal pembacaan Maulid sampai kejadian yang luar biasa itu terjadi....Hanya menundukkan kepala beliau, dan memejamkan matanya.
Sesekali beliau terdengar sesegukan dan menyeka matanya, tanda bahwa beliau mengalami keharuan yang hanya beliau sendiri yang mengetahuinya...
Alfaqir sangat maklum melihatnya...Karena menurut pengalaman alfaqir, mereka-mereka yang datang dari jauh atau luar daerah memang terkesan lebih khusyu' dan hadir hati mereka dibandingkan kami-kami ini yang setiap minggunya selalu berhadir
(mungkin dikarenakan faktor momen yang sangat jarang berhadir, maka mereka sangat menghargai momen tersebut).
Sampai kepada guru Tamami membacakan Rawi : "Wamundzu 'aliqot...."
(saat itu yang membaca Rawi Wamundzu masih guru Tamami, dan Rawi Fahiina qoruba adalah guru Fahmi, sekarang bertukar Rawi yang dibaca)
Dan disambung pembacaan Rawi "Fahiina Qorubaa" oleh guru Fahmi...Tanda akan dilaksanakannya Mahalul Qiyam ( pembacaan Qasidah / Sholawat dengan berdiri ).
Shollalloh 'alaa Muhammad...
Shollallahu 'alaaih wa sallam... (2x)
Shollallahu 'alaa Muhammad...Ya Robbi Sholli wa sallim...
Guru Fahmi, Guru Guru Tamami & Guru H. Ahmad ( keponakan Abah Guru Sekumpul ) pun mulai membacakan Qasidah..... :
"YAA NABII SALAM 'ALAIKAA..
YA ROSUUL SALAM 'ALAIKAA..
YA HABIB SALAM 'ALAIKAA..
SHOLAWATULLOH 'ALAIKAA."
sampai pada bacaan Qasidah :
"ROBBI FAJ'AL MUJTAMA'NAA GHOOYATUH 'HUSNUL KHITAAMI - WA'TINAA MAA QOD SA-ALNAA MIN 'ATOO YAA KAL JISAAMII..."
Orang yang tadi berada disamping alfaqir mulai badannya turun kebawah seperti hendak sujud...
Tampak beliau sangat sesegukkan sambil menangis...
Alfaqir dan orang disekitar beliau kemudian berusaha untuk menahan tubuh beliau agar masih bisa berdiri saat itu...
Sampai pada Qasidah :
"WAKRIMIL ARWAA'HA MINNAA...
BILIQOO KHOIYRIL ANAAMI..."
Orang tersebut langsung jatuh ke tempat pesujudan.
Terkejutlah alfaqir melihatnya, alfaqir mengira beliau pingsan saat itu...
Lalu alfaqir bersama beberapa orang disana mencoba menurunkan badan kami, dan men'cek kondisi beliau...
SUBHANALLAH....!!!
Ini yang membuat hati alfaqir bergetar....
Kurang lebih begini kata-kata beliau saat itu sambil tetap dalam sujudnya :
"AMPUNI ULUN GURUUU.....
AMPUNI ULUN GURUU...."
Ternyata beliau tidak pingsan, dan hanya ucapan itu saja yang beliau ulang-ulang...
Sambil kami tuntun beliau untuk kembali berdiri, dan akhirnya beliau bisa berdiri...
Tapi kembali beliau saat memandang ke arah Muhammad Amin Badali & Ahmad Hafi Badali berdiri, kembali beliau berkata-kata dengan ucapan yang lumayan nyaring :
"ABAH GURU AMPUNII ULUUN - ABAH GURU AMPUNI ULUUN"
Sehingga mengundang perhatian jamaah yang lainnya...
Bahkan rombongan Maulid, Muhammad Amin dan Ahmad Hafi sempat sebentar melihat kearah kami, tapi saat itu sudah selesai Mahalul Qiyam...
Dan Muhammad Amin Badali seperti memberikan komando agar segera duduk (tidak seperti biasanya, yang setelah Qasidah baru duduk)
Saat itulah alfaqir memberanikan diri bertanya kepada beliau :
"Paman....Pian kenapa tadi mengiau Abah Guru nyaring banar?"
Lalu dijawab oleh beliau...Dan jawaban beliau ini membuat alfaqir langsung menangis terharu, dan membuat kami-kami yang berada disekitar beliau menjadi terdiam seribu bahasa :
"ABAH GURUU...SIDIN BERDIRI DISITU, SIDIN DISITUU...
( menunjuk ke posisi Muhammad Amin & Ahmad Hafi Badali berada )
SIDIN MELIHATI AKU....AKU BANYAK DOSAA...
ULUN MINTA AMPUUN LAWAN PIAN ABAH GURU - ULUN MINTA AMPUUN"
Kembali beliau menangis sejadi-jadinya sambil kembali ke posisi bersujud.
Allah Kariim...
Sungguh beruntung orang-orang yang Allah Ta'ala bukakan hijab kepada mereka, sehingga dapat melihat dan mengetahui akan kehadiran para Auliya Allah saat itu juga.
Setelah pembacaan Do'a selesai, maka bergegas orang tersebut keluar dari Musholla Ar-Raudhah Sekumpul, kami mengira beliau akan mengambil Wudhu, akan tetapi sampai selesainya Sholat Isya berjamaah, orang tersebut tidak pernah kembali lagi ketempat duduknya disamping alfaqir...
Sehingga kami tidak bisa lagi bertanya lebih lanjut kepada beliau, tentang siapa nama beliau, berasal dari daerah mana...Dan yang paling utama mengambil barokah kepada beliau walaupun dengan hanya bersalaman saja.
Inilah sebahagian dari pengalaman alfaqir, tentang keadaan yang tidak biasa dialami oleh orang-orang kebanyakan.
Dan sebagai tanda bukti, bahwa mereka para Auliya Allah itu, mereka hanya berpindah tempat saja...
Sebagaimana Firman Allah Ta'ala :
"BAL AHYA U'INDA ROBBIHIM YURZAQUUN"
Semoga ada barokahnya dengan kita mengisahkan dan membacakan sebahagian dari tentang Abah Guru kita tercinta ini.
Dan semoga jama'ah maupun yang mengadakan acara atau pembacaan Maulid-Maulid agar senantiasa meninggikan adabnya saat dibacakan Maulid tersebut...Karena Rosulullah SAW, beliau hadir saat dilaksanakannya Maulidnya beliau.
Seperti yang Abah Guru Sekumpul dulu pernah lakukan, beliau menegur orang yang berada jauh dari penglihatan beliau (Abah Guru didalam Musholla), yang mana orang tersebut sedang menyalakan dan menghisap rokok di bawah satu pohon didekat Musholla...
Maka Abah Guru tegur orang tersebut menggunakan Mic :
"Maaf lah...Tolong nang begana dibawah pohon anu itu, di matii rokoknya nang lah...Rosulullah kada mau hadir kena pun"
Maka bergegaslah orang tersebut, yang memang berada dibawah pohon yang mana nama pohonnya tadi disebutkan oleh Abah Guru adalah memang pohon yang disandari oleh orang tersebut...
Lalu mematikan rokoknya dan bergegas mengambil wudhu'.
Kisah ini nyata adanya. Alfaqir dengar sendiri dari orang yang berada di dekat orang yang merokok tersebut yang mengisahkannya kepada alfaqir.
Ujar sidin :
"LANGSUNG SEITU SEINI INYA MEMATII LAWAN ROKOKNYA NITU...SAMBIL SUPAN-SUPAN INYA KE PEUDHUAN"
Wallahu a'Lam bis-Showaab.

 sumber : http://www.trendingtopic.top/2016/04/masya-allah-guru-sekumpul-hadir-maulid.html

Wanita Menangis Tersedu-sedu Mendengar Ucapan Tak Terduga Guru Sekumpul


Wanita Menangis Tersedu-sedu Mendengar Ucapan Tak Terduga Guru Sekumpul



Hari ini, 11 tahun sudah, Ulama Kharismatik Sekumpul Martapura KH Zaini Abdul Ghani atau yang lebih dikenal dengan panggilan Guru Sekumpul berpulang ke Rahmatullah.
Ratusan ribuan anggota jemaah yang datang dari berbagai pelosok negeri, termasuk sejulmah ulama besar dari luar negeri ikut menghadiri puncak acara Haul yang digelar Minggu (10/4/2016) malam, di Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel.
Ketinggian budi dan akhlak mulia serta sosok kharismatik Abah Guru Sekumpul yang hidup sederhana, santun dan lemah lembut, membuat beliau begitu dicintai, dijadikan panutan umat sampai sekarang.
Gambaran betapa mulianya akhlak Guru Sekumpul, tergambar dari salah satu tulisan yang diposting akun FB Cerita Para Wali, Edisi: Mengenang Abah Guru. "Jelang Haul ke 11 Abah Guru Sekumpul". Sub judul, Akhlak Abah Guru.
Hingga saat ini, tulisan yagn diposting 18 jam lalu ini telah di-like 1.800 orang, dibagikan 171 orang dan dikomentari 44 netizen.
Berikut tulisan lengkapnya:
Sekitar Tahun 1990, Abah Guru Sekumpul menerima tamu kurang lebih sebelas orang wanita.

sumber; banjarmasin.tribunnews.com

Pasar Terapung di Siring Banyak Pengunjungnya

                                  Pasar Terapung di Siring


PASAR Terapung Kuin adalah wisata tradisional khas Banjarmasin. Adanya sejak ratusan tahun lalu di muara Sungai Barito di daerah Kuin, Banjarmasin.
Hingga sekarang pasar itu masih ada namun pamornya sudah mulai turun seiring dengan pesatnya perkembangan pasar di darat. Nah, sejak beberapa tahun belakangan ini, dalam rangka merevitalisasi pasar tersebut dari kepunahan, Pemerintah Kota Banjarmasin membuat pasar terapung baru. Lokasinya di tepian Siring Menara Pandang di Jalan Kapten Pierre Tendean, Banjarmasin.
Siring itu membentang di bantaran Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin. Pasar terapung ini hanya ada di pagi Minggu. Berbeda dari waktu operasi dua pasar terapung tradisional yang sudah lama ada, yaitu Pasar Terapung Kuin di Banjarmasin dan Pasar Terapung Lokbaintan di Kabupaten Banjar yang dimulai subuh dan berakhir pagi sekitar pukul 07.00 Wita tiap hari, pasar terapung di Siring Menara Pandang ini dimulainya lebih lambat dari pukul 07.00 Wita hingga menjelang siang.
Hal ini tentu saja membuat jumlah pengunjungnya lebih banyak dibandingkan dua pasar terapung lainnya karena di waktu pagi itu biasanya warga sudah banyak yang beraktifitas belanja atau sekadar bersantai. Aksesnya yang mudah, yaitu di tengah Kota Banjarmasin, membuat daya tarik tersendiri bagi pasar ini. Bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun umum kecuali angkot karena di sini angkot memang tidak terlalu populer.
Para pedagangnya pun menjajakan dagangan mereka tidak di tengah sungai seperti di Kuin dan Lokbaintan, namun merapat ke dermaga yang memang disediakan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin. Bahkan ada juga yang berjualannya di atas dermaganya, tidak di atas jukung atau perahu.
Dagangan yang mereka jual kebanyakan sayur, buah dan makanan tradisional Banjar seperti soto Banjar, ketupat Kandangan, laksa serta kue-kue seperti amparan tatak, puteri selat serta kudapan khas Banjar seperti jaring (jengkol), lupis, dan sebagainya. Harga yang mereka tawarkan pun merakyat, sekitar ribuan rupiah saja.
Para pedagangnya berjualan menggunakan topi tradisional Banjar bernama tanggui. Bentuknya bulat.
Salah satu penjualnya adalah Arbayah. Perempuan paruh baya ini lebih senang berjualan di pasar terapung ini karena pengunjungnya banyak.

sumber ;banjarmasin.tribunnews.com/2015/05/24/pasar-terapung-di-siring-banyak-pengunjungnya







Jumat, 23 September 2016

Pasar Terapung Siring Sungai Martapura (Wisata Banjarmasin)

, , 55 comments


Sudah tahun 2014 aja ya benar-benar gak kerasa banget.  Ngomong-ngomong gimana malam tahun baru kalian? Yang jomblo jangan-jangan nembakin kembang api ke orang yang lagi pacaran nih.

            Sebelum dan sesudah tahun baru, gue banyak banget baca tulisan di blog atau twit orang-orang tentang resolusi-nya di 2014. Sesuai postingan sebelumnya tentunya kalian sudah pada tahu apa resolusi gue di tahun kuda kayu (klik ini).  Yang pasti gue bakalan memperbanyak artikel tentang tanah kelahiran gue Banjarmasin, baik dari wisata, kuliner, budaya, dll.  Dan yang pasling asik, gue bakalan ngasih tahu kalian tentang bahasa Banjar, karena di beberapa postingan gue akan menggunakan sedikit bahasa daerah, dan tentunya udah gue translate ke bahasa Indonesia.
Tulisan selanjutnya kata kepemilikan “Aku/Saya/Gue” akan diganti dengan bahasa Banjar “Ulun/Unda” dan “Kamu/Elo” diganti “Piyan/Nyawa”.


            Ulun yakin piyan masih ingat, dulu ada stasiun televisi yang menayangkan ada seorang nenek yang mengajungkan jempolnya dengan latar banyak Kelotok (kapal kecil) diisi banyak buah-buahan atau sayur-sayuran.

            Nah itu namanya Pasar Terapung, dimana para warga menjual berbagai bahan dapur di atas kelotoknya masing-masing. Di Kalimantan Selatan sendiri, ada dua pasar terapung yang dikenal lebih dulu, yaitu “Pasar Terapung Kuin” di Banjarmasin dan “Pasar Terapung Lok Baintan” di Kabupaten Banjar. Kalau syuting yang nenek itu di pasar terapung kuin.

            Tapi bukan ke dua pasar terapung di atas yang bakalan ulun kasih tahu, kali ini ulun mau mengenalkan pian tentang Pasar Terapung Siring Sungai Martapura, yang terletak di pinggir Jl. Kapten Piere Tendean.  Ini termasuk pasar terapung baru di Banjarmasin – Kalimantan Selatan.


            Minggu kemarin ulun jalan-jalan ke Pasar Terapung Siring, niat sebenarnya cuman mau jogging keliling Masjid Sabillah muhtadin. Tapi karena kecapean dan perut belum terisi ulun memutuskan pergi ke pasar terapung, berharap ketemu mantan nemu makanan enak.

            Di Pasar Terapung Siring ini cara jualannya sangat berbeda jauh dengan ke dua pasar terapung terdahulunya.  Kalau di pasar terapung yang sudah lama itu, pembeli dan penjual sama-sama bertemu di atas kelotok, karena sistem berjualannya mengapung di atas sungai.

            Berbeda dengan Pasar Terapung Siring ini, dimana kelotok para pedagang merapat di areah pinggiran siring, dan pembeli berdiri di atas titian yang mengapung dengan alas bambu.



            Sebenarnya ini gak masalah, tapi menurut ulun jadi aneh. Karena pasar terapung lebih dikenal dengan pasar yang mengapung di atas sungai, bukan merapat di pinggiran siring.  Entahlah hanya pemerintah yang bersangkutan tahu alasannya.

            Rata-rata pedagang pasar terapung ini adalah ibu-ibu, dan yang mereka jual macem-macem.  Mulai dari bahan-bahan dapur, buah-buahan, sayur, dan tidak lupa makanan khas Banjarmasin, kayak putu mayang, buras, lapat, jagung besumap (jagung kukus), jaring, dll.

            Nah ini ada lagi kekurangan Pasar Terapung Siring, kalau di dua pasar terapung dulu kita menikmati makanan ada sensai goyang-goyangnya karena makan di atas kelok.  Sedangkan di Pasar Terapung Siring gak ada sensasinya. Paling kalau ada kelotok lain yang lewat dan gelombangnya lumayan kenceng minimal kaki bisa basah.